Gambar: vebma.com Kanjeng Nabi Muhammad Saw, memberikan nasihat yang sangat baik, meskipun kurang diperhatikan oleh sebagian orang, yaitu bermuhasabah dan berinvestasi amal sholeh untuk bekal kehidupan di akherat nanti, “Orang yang cerdas adalah orang yang bisa bermuhasabah (introspeksi diri) serta mau beramal untuk bakal nanti”. Saudaraku dan anak-anakku Lihatlah sejenak dalam cermin hati kita, atau mari kita buka rekaman dalam gambar negatif yang menyembunyikan gambar sesungguhnya, siapa tahu ada luka-luka di hati kita akibat cengkeraman hawa nafsu, akibat cengkeraman iblis yang telah merobek hati kita, akibat desakan-desakan duniawi. Siapa tahu hati kita sudah terluka oleh hasrat ibadah dengan kepentingan pribadi dan hawa nafsu. Mungkin jika kita meraba hati, masih banyak tumpukan sampah spritual yang ada di setiap sudut hati kita, bahkan mungkin sampah-sampah itu talah membusuk dalam relung hati kita, maka segera bersihkan dan bilas dengan air taubat. Anak-anakku Ketahuilah sampah yang susah dibersihkan adalah R iya’, karena ia merupakan pintu masuk sampah-sampah spiritual (rohani) yang lainnya.
Sampah ini hampir menumpuk di setiap hati manusia, ia bagaikan goresan lukisan yang menempel di dinding hati, cuma beda ukuran dan obyeknya. Jika sampah ini menumpuk dalam hati, maka ibadah dan seluruh amal baiknya tidak murni karena Allah, tetapi mengharapkan sanjungan dan pujian dari orang lain. Sebagaimana diuraikan dalam kitab “Tanwiril Qulub” halaman 433, “Yang dimaksud riya’ adalah mengharapkan kedudukan yang mulia di hati manusia dengan cara memamerkan perbuatan-perbuatan baik kepada mereka”. Riya’ adalah musyrik kecil tapi juga bisa menjadi musyrik besar, jika ia menumpuk dalam hati, lama kelamaan akan menjadi berhala DEMAGOG yaitu sesembahan jahiliyah modern selain menyembah kepada Allah SWT.
Anwar Siroj ke 13 Pondok Pesantren Salafiyyah Nurudh Dholam Bangil. Arab, Inggris dan Terjemahan Bahasa Indonesia) Qs.
Ali bin Abi Thalib karomallahu wajhah menyebutkan bahwa ada empat tanda yang tidak bisa lepas dari penyakit riya’ dalam beramal, yaitu: 1. Malas beramal jika ia sendirian, 2.
Rajin beramal jika lagi banyak orang, 3. Semakin rajin beramal jika mendapatkan pujian, dan 4.
Semakin malas beramal jika mendapat celaan. Oleh karena itu, gerakan bersih-bersih sampah riya’, harus dimulai dari kita sendiri, karena seribu tumpukan sampah dalam hati kita, haruslah dimulai dari satu tumpukan sampah riya’ yang sangat mungkin masih berserakan dalam hati kita.
Mari kita semua sama-sama memohon kepada Allah agar dianugrahi hati yang terang dan bersih dari sampah riya’, iman yang teguh, keselamatan dunia akherat, dan diberi ampunan serta ridha-Nya. Semoga Bermanfaat. Munawwir Yamin, MBA, Direktur Nurudh Dholam Institute.
Dangkalnya pemahaman akidah generasi penerus panji-panji Islam sekarang ini banyak disebabkan menjamurnya paham-paham baru yang diusung oleh sekulerisme. Paham sekulerisme berupaya membelokkan akidah Islam dengan berbagai cara lewat pembaharuan; dan menggeser nilai-nilai moral yang mereka sesuaikan dengan ajaran Islam. Yang perlu dicermati dari lahirnya paham-paham tersebut, yakni sebuah kontribusi yang menginginkan komunitas Islam terpecah belah dan rapuh!
Para pelakunya menodai kemurnian akidah Islam dengan meracuni jiwa umat Islam yang berorientasi pada pemurnian tauhid yang didasari gaya hidup modern non-Islami. Sehingga banyak dari kaum muslimin yang telah menanggalkan keimanan. Kitab penting “Aqiidaatul Awaam”, matan Ilmu Tauhid buah karya Syaikh Ahmad Marzuqi yang disusun dan biasa disampaikan dalam bentuk Syair, telah disyarah oleh Syaikh Muhammad Nawawi Asy-Syafi’i (Al-Bantani Al-Jawi) dengan judul “Nurudh Dholam”. Disajikan dengan penjelasan serta faidah tiap baitnya melalui bahasa yang indah dan lugas sehingga mudah dipahami. Beliau Syaikh Nawawi yang digelari Sayyid Ulama Hijaz ini, berusaha mengasah jiwa spiritual kaum muslimin dengan memaparkan siapa yang wajib kita imani, dan membangun kembali nilai-nilai keimanan kaum muslimin yang mulai pudar serta menangkal kekuatiran di atas. Mempelajari dan paham terhadap ilmu tauhid sendiri, berhukum fardhu ‘ain kepada setiap kaum muslimin mukallap sepanjang akalnya mampu. Mempunyai keyakinan dengan mengemukakan dalil2nya secara ijmali (Garis Besar) maupun tafsili (Terperinci).
Berdasar hukum aqli maupun naqli. Dapat memiliki iman secara ma’rifat atau tidak sekedar hanya taklid saja. Kaum muslimin yang taqlid dalam tauhid, imannya sangat disangsikan. Hal ini bisa terjadi, karena iman taqlid senantiasa dihinggapi keragu-raguan, goyah tidak kokoh. Akibatnya, semua peribadahan menjadi sia-sia.
Kata qoidah; “Wa Kullu Man Qolaada Fie Tauhiedi, Imanuhu Lam Yahtali Tardidi; Saha Jalma Taqlid Dina Patekadan, Imana Teh Teu Suwung Ti Pacengkadan”. Firman Alloh SWT; “ Yaa Ayyuhannasu A’buduu Robbakumul ladzie Kholaqokum.; He Manusa, Kudu Taohid Aranjeun Kabeh Ka Pangeran Anu Geus Nyiptakeun Anjeun”. Awwalu wajibin ‘alal insaani ma’rifatulloohi bis tiqooni; yang pertama kali wajib kepada manusia adalah ma’rifat kepada Alloh SWT dengan sebenar-benarnya (Zubad, Ibnu Ruslan). Nadhomnya; Pangheulana Wajib Ka Jalma Ibadah, Nyaho Nu Diibadahan Ulah Salah, Nyaeta Alloh Anu Kapersipatan, Kasampurnaan Moal Bisa Nyebutan.
Nu Beresih Tina Sakabeh Kakurangan, Tina Lobana Moal Bisa Milangan.